![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiqadgnKraUK6YLiVshBzY-wTyi0pfZVXsDiMeFfwFCusquLybhOSKBHzWY8tG-63koKLP-0ORrFsXkMkNUChrBMAPVkDhlGpOaTSl715f6zYS9Xkj87HssKV6QU7aX6Ui-2drW0OzCXk/s200/Hai...OuR+Name+is+MARS.jpg)
Sahabat
“Menjadikannya indah karena kau tahu akan ada yang berbagi denganmu di kehidupan ini.”
- BG-
“Sahabat Sejatiku…bla…bla…bla…” begitu lantun lagu yang kudengarkan saat ini. Lagu tersebur di populerkan oleh sebuah grup band asal Yogyakarta. Meskipun lagu itu sudah cukup lama di nyanyikan, tetapi aku masih suka mendengarnya.
Hari Senin, dimana hari yang paling di benci semua orang, begitu juga denganku. Namun, mau tidak mau aku harus segera bergegas agar tidak terlambat untuk masuk sekolah pada hari pertama.
“Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong…” bunyi bel menghiasi lapangan sekolah.
Anak – anak terlihat berbaris. Ada yang sibuk memakai topi, ada yang sibuk memasang dasi, ada pula yang sedang bercanda ria. Sedangkan aku? Aku sedang kebingunggan melihat pemandangan yang ada di depanku.
“Tes…Tes…Tes...” terdengar suara microphone, Anak- anak segera berbaris rapi untuk memulai upacara. “ Selamat pagi semuanya” kata pertama yang muncul dari kepala sekolah.
Sebagai murid pendatang, aku kebingungan mencari yang mana barisanku. Untung tak lama dari itu, kepala sekolah menjelaskan barisan – barisan mana yang seharusnya kami tempati.
Aku seharusnya masuk ke golongan “siswa di luar sekolah beragama non Kristen”, sedangkan saat ini aku berdiri tepat di barisan “ siswa di luar sekolah beragama Kristen” – ini kutahu karena aku bertanya pada siswi yang berdiri di depanku-.
“Ah, sudahlah..aku berdiri disini sajalah” kataku. Siswi yang berdiri di depanku menatap heran ke arahku.
Begitu pembagian kelas di umumkan oleh kepala sekolah, aku segera bergegas menuju ke sana. Sesampainya di dalam alangkah terkejutnya ketika aku mengetahui bahwa seisi kelas itu Cuma ada dua siswi baru.
Ah, ntah berjodoh atau memang suatu kebetulan yang amat sangat, aku satu kelas dengan siswi yang berdiri di depanku ketika berada di lapangan.
Mariaty, begitu namanya. Ia berasal dari kota penghasil minyak yang masih satu provinsi dengan daerahku. Awal perjumpaan kami terasa biasa saja. Tetapi seiring berjalannya waktu aku merasa sangat cocok ketika berbincang – bincang dengannya.
Hari berganti hari menjadikan kami semakin akrab. Aku mulai berkunjung ke rumah kost – kostannya. Berkenalan dengan Suharti – saudara perempuannya – menjadikan aku bertambah satu teman di kota dimana aku berpetualang.
Tawa dan canda menghiasi hari – hari kami, sampai suatu hari aku masih ingat dengan jelas kejadian itu. Kejadian dimana ketika kami berusaha untuk masuk ke dalam kamar kostnya dengan kondisi pintu terkunci..
Sungguh konyol, tetapi begitulah kenyataannya, kami memanjat sebuah lubang AC kecil di kamar sebelah, dan berusaha keras untuk membangunkan saudara perempuannya yang sedang tertidur pulas.
Berjalan sepulang setelah sudah menjadi kebiasaan kami, karena memang letak kostnya tidak jauh dari sekolah. Setiap pagi aku akan membawakan sarapan kepadanya – pastinya bayar –. Sampai saat aku menulis cerita ini, aku masih yakin dia juga akan merindukan makanan – makanan yang biasanya aku bawakan.
Tidak hanya tawa dan canda, kami juga sering berbagi cerita – cerita mulai dari kehidupan sehari – hari, kejadian – kejadian di sekolah sampai kehidupan kami secara pribadi.
Aku sangat bersyukur pada TUHAN yang bisa mempertemukan kami. Sebagai seorang sahabat, dialah orang yang terbaik yang pernah ku kenal. Dia bukan hanya seorang sahabat dimana ada di kala kita senang, tetapi aku juga merasakan kehadirannya di kala aku membutuhkan masukan – masukan tentang masalah yang sedang aku hadapi.
Sekarang dia tengah berjuang untuk menggapai cita – citanya di pulau lain. Aku bersyukur karena dia akhirnya dapat melakukan apa yang di inginkannya, walaupun sebenarnya aku sedih karena itu artinya dia harus pergi jauh dan aku tahu kami tak akan banyak waktu untuk melewati hal – hal kecil dan berbagi hal – hal konyol lagi.
TUHAN memang baik kepadaku. Dia mengirimkan satu sahabat lagi di kehidupanku. Rosselini Tennedy – mudah mudahan penulisannya benar – Anak yang pinter, cantik dan baik, Cuma agak sedikit cerewet. Dan Susi – si centil dan mentel – TUHAN mengirimkan mereka berdua padaku agar aku tidak kesepian.
MARS begitulah julukan yang di berikan Mariaty kepada kami. Yang masing – masing hurufnya mewakili abjad pertama dari nama kami.
Aku bahagia karena walaupun sifat kami yang boleh di bilang sangat bertolak belakang, tetapi kami masih bisa melepas tawa dan canda bersama.
Aku masih sering menantikan hari – hari untuk mengulang kebersamaan kami. Dan yang penting aku menyadari keberadaan mereka. I Miss you all my frenz…
: )=
“Menjadikannya indah karena kau tahu akan ada yang berbagi denganmu di kehidupan ini.”
- BG-
“Sahabat Sejatiku…bla…bla…bla…” begitu lantun lagu yang kudengarkan saat ini. Lagu tersebur di populerkan oleh sebuah grup band asal Yogyakarta. Meskipun lagu itu sudah cukup lama di nyanyikan, tetapi aku masih suka mendengarnya.
Hari Senin, dimana hari yang paling di benci semua orang, begitu juga denganku. Namun, mau tidak mau aku harus segera bergegas agar tidak terlambat untuk masuk sekolah pada hari pertama.
“Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong…” bunyi bel menghiasi lapangan sekolah.
Anak – anak terlihat berbaris. Ada yang sibuk memakai topi, ada yang sibuk memasang dasi, ada pula yang sedang bercanda ria. Sedangkan aku? Aku sedang kebingunggan melihat pemandangan yang ada di depanku.
“Tes…Tes…Tes...” terdengar suara microphone, Anak- anak segera berbaris rapi untuk memulai upacara. “ Selamat pagi semuanya” kata pertama yang muncul dari kepala sekolah.
Sebagai murid pendatang, aku kebingungan mencari yang mana barisanku. Untung tak lama dari itu, kepala sekolah menjelaskan barisan – barisan mana yang seharusnya kami tempati.
Aku seharusnya masuk ke golongan “siswa di luar sekolah beragama non Kristen”, sedangkan saat ini aku berdiri tepat di barisan “ siswa di luar sekolah beragama Kristen” – ini kutahu karena aku bertanya pada siswi yang berdiri di depanku-.
“Ah, sudahlah..aku berdiri disini sajalah” kataku. Siswi yang berdiri di depanku menatap heran ke arahku.
Begitu pembagian kelas di umumkan oleh kepala sekolah, aku segera bergegas menuju ke sana. Sesampainya di dalam alangkah terkejutnya ketika aku mengetahui bahwa seisi kelas itu Cuma ada dua siswi baru.
Ah, ntah berjodoh atau memang suatu kebetulan yang amat sangat, aku satu kelas dengan siswi yang berdiri di depanku ketika berada di lapangan.
Mariaty, begitu namanya. Ia berasal dari kota penghasil minyak yang masih satu provinsi dengan daerahku. Awal perjumpaan kami terasa biasa saja. Tetapi seiring berjalannya waktu aku merasa sangat cocok ketika berbincang – bincang dengannya.
Hari berganti hari menjadikan kami semakin akrab. Aku mulai berkunjung ke rumah kost – kostannya. Berkenalan dengan Suharti – saudara perempuannya – menjadikan aku bertambah satu teman di kota dimana aku berpetualang.
Tawa dan canda menghiasi hari – hari kami, sampai suatu hari aku masih ingat dengan jelas kejadian itu. Kejadian dimana ketika kami berusaha untuk masuk ke dalam kamar kostnya dengan kondisi pintu terkunci..
Sungguh konyol, tetapi begitulah kenyataannya, kami memanjat sebuah lubang AC kecil di kamar sebelah, dan berusaha keras untuk membangunkan saudara perempuannya yang sedang tertidur pulas.
Berjalan sepulang setelah sudah menjadi kebiasaan kami, karena memang letak kostnya tidak jauh dari sekolah. Setiap pagi aku akan membawakan sarapan kepadanya – pastinya bayar –. Sampai saat aku menulis cerita ini, aku masih yakin dia juga akan merindukan makanan – makanan yang biasanya aku bawakan.
Tidak hanya tawa dan canda, kami juga sering berbagi cerita – cerita mulai dari kehidupan sehari – hari, kejadian – kejadian di sekolah sampai kehidupan kami secara pribadi.
Aku sangat bersyukur pada TUHAN yang bisa mempertemukan kami. Sebagai seorang sahabat, dialah orang yang terbaik yang pernah ku kenal. Dia bukan hanya seorang sahabat dimana ada di kala kita senang, tetapi aku juga merasakan kehadirannya di kala aku membutuhkan masukan – masukan tentang masalah yang sedang aku hadapi.
Sekarang dia tengah berjuang untuk menggapai cita – citanya di pulau lain. Aku bersyukur karena dia akhirnya dapat melakukan apa yang di inginkannya, walaupun sebenarnya aku sedih karena itu artinya dia harus pergi jauh dan aku tahu kami tak akan banyak waktu untuk melewati hal – hal kecil dan berbagi hal – hal konyol lagi.
TUHAN memang baik kepadaku. Dia mengirimkan satu sahabat lagi di kehidupanku. Rosselini Tennedy – mudah mudahan penulisannya benar – Anak yang pinter, cantik dan baik, Cuma agak sedikit cerewet. Dan Susi – si centil dan mentel – TUHAN mengirimkan mereka berdua padaku agar aku tidak kesepian.
MARS begitulah julukan yang di berikan Mariaty kepada kami. Yang masing – masing hurufnya mewakili abjad pertama dari nama kami.
Aku bahagia karena walaupun sifat kami yang boleh di bilang sangat bertolak belakang, tetapi kami masih bisa melepas tawa dan canda bersama.
Aku masih sering menantikan hari – hari untuk mengulang kebersamaan kami. Dan yang penting aku menyadari keberadaan mereka. I Miss you all my frenz…
: )=
Tidak ada komentar:
Posting Komentar