Senin, 31 Mei 2010

GOODBYE, kata yang paling aku benci… tidak ingin kuucapkan sama sekali, bahkan aku juga tidak ingin mendengarnya dari seorangpun.. maka aku mengantikannya dengan C U, aku pikir kata ini memiliki arti yang lebih bagus, memberikan seseorang akan pengharapan, pengharapan dan pengharapan.

There can be miracle, WHEN YOU BELIEVE… satu bait lagu yang sangat aku suka dan percaya apa yang tertulis di dalamnya… ketika kita percaya akan sesuatu maka keajaiban akan terjadi.

Waktu tidak akan pernah berputar kembali, dan kejadian yang sama tidak akan pernah berulang, hiduplah atas keinginan sendiri dan melakukan keinginan itu. Jangan pernah menyesal tentang apa yang kita pilih dalam hidup ini, karena kita telah memutuskannya, maka kita harus menghadapinya dengan keberanian, apapun yang terjadi…apapun yang terjadi….


: )=

Senin, 19 April 2010

My Inspiration Quote

- "Be grateful for whoever you are….coz if u compare it to others, u’ll be suprised of their secret life “ (19/4/2010)

- " TRY IT, cause nothing to lose " (20/4/2010)

- "if you put everything on tomorrow, you're STUPID" (21/4/2010)

- "something that will never be changed is TIME" (22/4/2010)

-" ENJOY ur life.. whatever happens" (23/4/2010)

Rabu, 19 Agustus 2009

Promise..

PROMISE


“I promise u, I will stand by ur side…” begitu kata Sarah kepadaku.

Ketika aku sedih, Sarah selalu ada untuk menemaniku
dan menghiburku serta memberikan kata – kata semangat dengan harapan agar aku tidak terlarut lebih lama dalam kesedihan yang ku alami.

Sarah, seorang wanita yang ku kenal melalui dunia internet. Walaupun bermula dari sebuah kesalahan yang tidak ku sengaja, aku senang bisa mengenalnya. Saat itu aku sedang duduk di depan komputer untuk “berchating “ ria dengan salah satu sahabatku yang ada di negeri seberang. Tak kusangka pada saat itu aku salah menekan huruf “a” menjadi huruf “s” yang tertera di alamat emailnya.

“Aneh” begitu yang bisa kugambarkan pada diri Sarah. Aku merasa dia tidak seperti wanita biasa. Gaya bicaranya terkesan sangat kasar, penampilannya asal – asalan, dan sedikit malas menurutku. Namun, tidak tau mengapa aku merasa nyaman ketika berbicara padanya.

Mungkin karena dia berpenampilan seadanya, makanya aku juga tidak perlu merasa jaim ketika berbicara padanya.

Sampai suatu hari, aku mengalami sebuah kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan aku divonis lumpuh oleh dokter. Saat itu juga aku merasa dunia ini berhenti untuk sejenak dan segera berubah menjadi gelap.

“ aku lumpuh… aku tidak bisa berjalan, berlari maupun merangkak lagi..” teriakku dalam hati.

Betapa sakit dan pahitnya kenyataan yang akan menungguku di depan… aku takut untuk meghadapinya. Aku tidak memiliki sedikit pun kekuatan untuk berpikir ke depan.


Kejadian itu merubahku menjadi sosok yang sangat berbeda. Dari seorang yang terbuka menjadi sangat tertutup. Aku tidak mao berbagi dengan sekelilingku karena aku merasa di dunia ini, akulah orang yang paling dikasihani sekarang. Egois kata singkatnya.

Menjalani hari hari yang sulit di kursi roda sudah pasti tidak pernah menjadi bagian mimpi burukku. Untuk membersihakan diriku saja sekarang ini aku harus belajar seperti anak TK.

Tok..Tok..Tok.. ada seseorang mengetuk pintu rumahku. Sarah. Aku melihat dia berdiri di depan rumahku. Gadis yang selama ini menemaniku, kini datang melihat kondisi ketidak berdayaanku.. pikirku.

Sebelum ibu hendak membukakan pintu, aku sudah berpesan padanya agar tidak menerima satupun orang temanku yang datang melihatku.


Dari jendela dalam kamar, aku melihat wajah Sarah yang berjalan dengan penuh kekecewaan.
Sebenarnya aku tidak tega melihatnya begitu, namun aku lebih tidak mao dia melihatku dengan tatapan kasihan.

Hari harus terus berlanjut. Aku tidak bisa mengurung diri di rumah terus. Aku mulai keluar, menatap dan menikmati indahnya matahari seperti kebiasaan yang dulu aku lakukan. Melihat pemadangan di sekeliling.

Mataku berhenti di sebuah sudut, di bawah pohon rindang di sebelah rumahku. Tempat favoritku bersama sarah, aku suka bercanda dengannya di bawah pohon itu. Perlahan tapi pasti aku mendorong kursi rodaku menuju bawah pohon.

Berusaha mengingat sebagian kenangan indahku yang telah berusaha aku lupakan. Ada sesuatu yang aneh pada pohon itu. namun apa?? Aku berpikir lebih keras sambil menatap tajam kea rah pohon.

Ah… dulu pohon ini tidak memiliki lubang sama sekali. Aneh, pikirku. Aku pun mengayuh kursi rodaku lebih cepat untuk melihat lebih jelas.

Benar. Sekarang pohon itu memiliki sebuah lubang di batangnya yang kuat. Rasa penasaran yang masih tersisa membuatku ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi dengan pohon kenanganku.

Aku mulai memasukkan tanganku ke dalam lubang. Aku menemukan beberapa botol – botol kaca di dalamnya. Sepertinya ada seorang yang sengaja memasukkannya kesana. Aku mengangkat botol – botol tersebut dan menarik kertas – kertas yang ada di dalamnya.

* aku akan tetap disisimu, ketika kau membutuhkanku…
* terkadang dalam hidup kita harus berhadapan dengan seorang musuh yang bernama “ musibah”, tetapi kita akan melewatinya ketika kita membawa seorang teman bernama “ percaya diri”
* kehilangan langkah bebasmu, tidak berarti harus kehilangan setiap kesempatanmu yang ada di depan mata.
* tidak ada satupun manusia yang sempurna di dunia ini, yang ada hanya ketika kita membuat semuanya menjadi sempurna.
* tidak baik bagi kita apabila terus memandang ke langit, sekali – kali coba pandanglah ke bawah, maka kita akan mensyukuri segalanya.
* setiap orang di lahirkan menjadi pemenang.
*……….

“botol semangat” mungkin itulah yang ingin di berikan Sarah padaku. Selama ini ternyata Sarah terus memberikanku dukungan, dia tidak pernah meninggalkanku. Dia terus berharap aku dapat kembali seperti semula, menjadi orang yang selalu semangat dan penuh harapan..

Kukayuh kursi rodaku secepat pembalap internasional, aku menemukan kembali semangatku. Begitu masuk ke dalam rumah, aku segera memutar no telepon yang selama ini sangat inginku hubungi. Seorang wanita yang telah membuatku menyadari bahwa segalanya belum berakhir.

: )=



Kamis, 02 Juli 2009

Reason for Happiness

Reason for Happiness

“ setiap orang memiliki kekuatan sendiri untuk menemukan kebahagiannya.”
-BG-

- Kalau siapa saya adalah tergantung pada apa yang saya miliki, dan apa yang saya miliki sudah hilang, lalu saya ini siapa ?

- Pada dasarnya manusia tidak memiliki apa – apa sehingga kita tidak perlu merasa takut untuk berbagi kepada sesama.

- Hargailah semua yang ada pada kita sekarang, karena semuanya seperti kesehatan yang akan berharga apabila kita telah merasa kehilangannya.

- Simpanlah semua yang dapat membuat kita tersenyum, karena kita pasti akan membutuhkannya suatu saat.

- Manusia lahir membawa surat pada amplop tertentu, sehingga kita tidak pernah bisa menebak apa isi di dalamnya.
- Sesuatu berguna apabila tepat pada saatnya.

- Kenalilah diri kita sendiri lebih dari siapapun, dan berikanlah kesempatan yang lebih banyak kepadanya dari apapun.

- Apa yang terjadi, baik dan buruk , bukanlah suatu kecelakaan yang sengaja di ciptakan untuk kita.

- Kesendirian terkadang memberikan ruang yang lebih luas untuk kita agar lebih memahami diri kita.

- Kita akan bahagia apabila, kita tau akan ada yang berbagi dengan kita di dunia ini.

- Terlalu awal apabila kita menjatuhkan penilaian kepada orang tanpa memandang apa yang sebenarnya berharga pada dirinya.

- Keberuntungan tidak akan selalu berpihak pada kita, terkadang kita yang harus menciptakan keberuntungan.

- Biarkan apa yang berlalu dengan penuh kenangan, dan hadapi apa yang ada di depan dengan penuh harapan.

- Jangan pernah menyesali apa yang sudah terjadi, karena waktu akan terus berlari, tanpa memperdulikan siapa yang ada di belakangnya.

- Cinta terbesar akan kita dapatkan, setelah kita bisa mencintai diri sendiri.

- TUHAN tidak akan pernah memberikan “soal” tanpa menyiapkan “ kunci jawaban”

: )=

Dear Frenz...


Sahabat

“Menjadikannya indah karena kau tahu akan ada yang berbagi denganmu di kehidupan ini.”

- BG-

“Sahabat Sejatiku…bla…bla…bla…” begitu lantun lagu yang kudengarkan saat ini. Lagu tersebur di populerkan oleh sebuah grup band asal Yogyakarta. Meskipun lagu itu sudah cukup lama di nyanyikan, tetapi aku masih suka mendengarnya.

Hari Senin, dimana hari yang paling di benci semua orang, begitu juga denganku. Namun, mau tidak mau aku harus segera bergegas agar tidak terlambat untuk masuk sekolah pada hari pertama.

“Teng..Tong..Teng..Tong..Teng..Tong…” bunyi bel menghiasi lapangan sekolah.

Anak – anak terlihat berbaris. Ada yang sibuk memakai topi, ada yang sibuk memasang dasi, ada pula yang sedang bercanda ria. Sedangkan aku? Aku sedang kebingunggan melihat pemandangan yang ada di depanku.

“Tes…Tes…Tes...” terdengar suara microphone, Anak- anak segera berbaris rapi untuk memulai upacara. “ Selamat pagi semuanya” kata pertama yang muncul dari kepala sekolah.

Sebagai murid pendatang, aku kebingungan mencari yang mana barisanku. Untung tak lama dari itu, kepala sekolah menjelaskan barisan – barisan mana yang seharusnya kami tempati.

Aku seharusnya masuk ke golongan “siswa di luar sekolah beragama non Kristen”, sedangkan saat ini aku berdiri tepat di barisan “ siswa di luar sekolah beragama Kristen” – ini kutahu karena aku bertanya pada siswi yang berdiri di depanku-.

“Ah, sudahlah..aku berdiri disini sajalah” kataku. Siswi yang berdiri di depanku menatap heran ke arahku.

Begitu pembagian kelas di umumkan oleh kepala sekolah, aku segera bergegas menuju ke sana. Sesampainya di dalam alangkah terkejutnya ketika aku mengetahui bahwa seisi kelas itu Cuma ada dua siswi baru.

Ah, ntah berjodoh atau memang suatu kebetulan yang amat sangat, aku satu kelas dengan siswi yang berdiri di depanku ketika berada di lapangan.


Mariaty, begitu namanya. Ia berasal dari kota penghasil minyak yang masih satu provinsi dengan daerahku. Awal perjumpaan kami terasa biasa saja. Tetapi seiring berjalannya waktu aku merasa sangat cocok ketika berbincang – bincang dengannya.

Hari berganti hari menjadikan kami semakin akrab. Aku mulai berkunjung ke rumah kost – kostannya. Berkenalan dengan Suharti – saudara perempuannya – menjadikan aku bertambah satu teman di kota dimana aku berpetualang.

Tawa dan canda menghiasi hari – hari kami, sampai suatu hari aku masih ingat dengan jelas kejadian itu. Kejadian dimana ketika kami berusaha untuk masuk ke dalam kamar kostnya dengan kondisi pintu terkunci..

Sungguh konyol, tetapi begitulah kenyataannya, kami memanjat sebuah lubang AC kecil di kamar sebelah, dan berusaha keras untuk membangunkan saudara perempuannya yang sedang tertidur pulas.

Berjalan sepulang setelah sudah menjadi kebiasaan kami, karena memang letak kostnya tidak jauh dari sekolah. Setiap pagi aku akan membawakan sarapan kepadanya – pastinya bayar –. Sampai saat aku menulis cerita ini, aku masih yakin dia juga akan merindukan makanan – makanan yang biasanya aku bawakan.

Tidak hanya tawa dan canda, kami juga sering berbagi cerita – cerita mulai dari kehidupan sehari – hari, kejadian – kejadian di sekolah sampai kehidupan kami secara pribadi.

Aku sangat bersyukur pada TUHAN yang bisa mempertemukan kami. Sebagai seorang sahabat, dialah orang yang terbaik yang pernah ku kenal. Dia bukan hanya seorang sahabat dimana ada di kala kita senang, tetapi aku juga merasakan kehadirannya di kala aku membutuhkan masukan – masukan tentang masalah yang sedang aku hadapi.

Sekarang dia tengah berjuang untuk menggapai cita – citanya di pulau lain. Aku bersyukur karena dia akhirnya dapat melakukan apa yang di inginkannya, walaupun sebenarnya aku sedih karena itu artinya dia harus pergi jauh dan aku tahu kami tak akan banyak waktu untuk melewati hal – hal kecil dan berbagi hal – hal konyol lagi.

TUHAN memang baik kepadaku. Dia mengirimkan satu sahabat lagi di kehidupanku. Rosselini Tennedy – mudah mudahan penulisannya benar – Anak yang pinter, cantik dan baik, Cuma agak sedikit cerewet. Dan Susi – si centil dan mentel – TUHAN mengirimkan mereka berdua padaku agar aku tidak kesepian.

MARS begitulah julukan yang di berikan Mariaty kepada kami. Yang masing – masing hurufnya mewakili abjad pertama dari nama kami.


Aku bahagia karena walaupun sifat kami yang boleh di bilang sangat bertolak belakang, tetapi kami masih bisa melepas tawa dan canda bersama.

Aku masih sering menantikan hari – hari untuk mengulang kebersamaan kami. Dan yang penting aku menyadari keberadaan mereka. I Miss you all my frenz…

: )=






Selasa, 30 Juni 2009

B For Bage

B For Bage

“I love Myself”
-BG-



Apapun yang terjadi, aku adalah aku. Besok, satu tahun, sepuluh tahun bahkan sepuluh abad yang akan datang aku masih tetap aku.

"Bage", nama unik dan kurasa enak di dengar datang kala aku masih SMA. Nama tersebut di pakaikan kepada setiap orang yang tinggal di rumah itu, yang membedakannya hanya panggilan belakangnya saja. Sejak saat itu aku sangat mencintai “ nama panggilan “ tersebut. Bagiku julukan tersebut memiliki makna tersendiri yang dapat mengingatkanku akan kenangan – kenangan indah.

Aku lahir diantara dua saudara cowokku di bulan Agustus, menjadikan aku menyandang bintang Leo. Sebagai seorang anak remaja yang beranjak dewasa seharusnya aku memiliki lebih banyak koleksi dress, daripada celana jeans dan kaos belel.

Penampilan bukanlah hal terpenting bagiku. Bagaikan bingkisan, “ penampilan luar “ hanya akan dapat mengecoh sesaat, dan akan membuat kita mengalami rasa kecewa yang lebih besar ketika kita melihat apa yang di dalamnya tidak sesuai dengan yang di harapkan.

Di kelilingi dengan keluarga, orang yang mencintaiku dan teman – temanku adalah salah satu hadiah yang telah ku terima dari TUHAN. Walaupun DIA telah mengambil salah satu hadiah terindahku.

Sekarang aku telah menjadi mahasiswa dari salah satu universitas di kotaku. Selain menjalankan kewajiban untuk kuliah, aku juga menjadi seorang karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian minyak.

Sederhana dan penuh makna, begitulah yang kugambarkan dalam kehidupanku. Dan aku masih terus bersyukur akan “amplop – amplop” lain yang di berikan TUHAN.


: )=

Selasa, 23 Juni 2009

Impian Terakhir

IMPIAN TERAKHIR
Kau akan meninggalkan dunia dengan wajah penuh seyum akibat sebuah impian.

- BG-

“Impian”…mungkin inilah yang masih membuat dia untuk terus hidup dan bertahan dari segala keadaan yang ada, hingga akhir.

Ayahku hanya seorang pengrajin besi. Dalam satu tahun, ia bekerja hampir setahun penuh. Bahkan tidak pernah berniat meninggalkan kota di mana ia tinggal. Apa yang menjadi tujuan hidupnya? Tak seorang pun tau akan hal itu. Bagi orang lain dan anak kecil sepertiku, mungkin mengganggap wajar hal itu karena ia memiliki keluarga yang harus di hidupinya.

Tetapi, dalam satu tahun terakhir keadaan ayahku berubah 180 derajat. Ia harus rela kehilangan pekerjaannya akibat penyakit yang di deritanya. Pembengkakkan Jantung. Begitulah vonis yang ia terima dari dokter.

Bangun di pagi hari, makan, minum, mandi menjadi aktivitasnya yang baru hanya untuk sekedar menyambung hidupnya. Matanya menatap kosong ke segala sudut di rumah, tetapi tetap keputus asaan yang ada pada dirinya. Untuk meminum obatnya saja dia perlu mengumpulkan secercah harapan pada dirinya.

Walaupun ia tau harapan untuk melihat anak anaknya bahagia adalah hal yang sangat mustahil bagi penderita seperti dia. Tetapi ia tetap tegar di hadapan kami, anak – anaknya. Ia tidak mau membebani pikiran dan hati kami. Hari – hari selanjutnya menjadi semakin sulit akibat ia mulai kehilangan fungsi tubuhnya. Ia mulai mengalami penurunan berat badan yang drastis.

Hingga suatu hari, ia memutuskan untuk meninggalkan kota di mana ia tinggal dan pergi ke kota lain untuk menemukan semangatnya yang baru. Ia menjalani hari – hari yang baru dengan kegiatan yang baru juga. Aku melihat ada secercah semangat di dalam dirinya. Baguslah pikiru.

Hal itu juga tidak berlangsung lama. Ia kembali ke kota asalnya dimana ia tinggal, Ia kembali dengan semangat baru. Tetapi tidak bagiku. Aku lebih suka menganggapnya “ pelarian “karena dia tidak mampu untuk hidup lebih lama lagi di dalam harapan “ kosong “ dan memilih untuk menghadapi hidupnya dengan sisa – sisa semangatnya.

Kembali ke aktivitas yang membosankan sudah bisa di duga. Ia tetap berusaha mencari sesuatu yang baru. Hingga keputus asaan benar benar ada di dalam dirinya. Ia mulai menyerah pada keadaan. Ia tidak lagi mematuhi aturan dokter dan meminum obat sesuai anjuran. Ia kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Semakin hari kesehatannya semakin buruk. Sampai pada suatu hari, di pagi yang cerah. tiba – tiba terlintas di benaknya untuk mengunjungi kampong halamannya semasa kecil. Ia pergi tanpa memperdulikan kesehatannya dan mungkin ia juga sudah bisa merasakan bahwa tidak lama lagi sesuatu akan terjadi pada dirinya.

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 1 jam dengan menggunakan bantuan org dan sepeda bertenaga mesin, akhirnya ia sampai pada tempat tujuannya. Mata nya langsung menuju suatu rumah yang tak jauh berada di depannya. Rumah itu tampak sudah tua, lapuk, berdebu dan lama sudah tak berpenghuni. Kenangan kenangan yang indah pun secara alami melintas di benaknya.

Bernostalgia dengan kenangan kenangan masa kecil tentu sangat indah. Setelah merasa smua cukup baginya. Ia segera menempuh jalan pulang kembali ke rumah. Bagaikan lilin yang hendak padam, maka nyala api akan terasa lebih terang. Begitu pula semangat yang terlihat di dirinya sekarang.

Tepat beberapa minggu setelah kejadian itu di suatu pagi yang cerah dan orang – orang terlihat lagi sibuk. Ayahku menghebuskan nafas terakhir yang di berikan TUHAN padanya. Dia menghembuskannya dengan suatu senyuman yang sangat tulus tanpa beban dan pergi dengan tenang untuk selama lamanya. Dia pergi dengan membawa sejuta kenangan kenangan indah yang ada di dalam dirinya. Aku berpikir mungkinkah ini yang menjadi impian terakhir dari Ayahku. Kalau benar begitu maka ayahku adalah orang yang paling beruntung, di kala penyakit sedang menggrogoti tubuhnya, ia tetap berusaha mewujudkan impiannya dengan sekuat tenaga hingga membuat kami mengerti apa arti di balik senyuman nya yang terakhir. Thank’s my father.


:)=